“Secarik Catatan Pelaksanaan pra-DM I KAMMI Kom.UNM PARANGTAMBUNG”

Tepatnya, hari Sabtu tanggal 22 November 2008 di gedung perkuliahan Biologi Lantai I FMIPA UNM. Ikhwa KAMMI Kom.UNM Parangtambung sukses mengadakan pra-DM I, menjelang pelaksanaan DM I tanggal 28-30 November 2008 di benteng Somba Opu. Insya Allah....
Alhamdulillah, 8 ketua Komisariat (untuk Komisariat Poltekes diwakili Sekumnya, dan UMI Oleh Kadep Kebijakan Publiknya, yang lainnya langsung dihadiri oleh Ketumnya) hadir pada Stadium Generale (SG). Acara yang sempat molor 1 jam akhirnya sukses juga. Dari kegiatan tersebut, ana tergelitik untuk mengomentari satu hal berkenaan dengan apresiasi peserta pra-DM I yang mencapai 36 orang.
Seorang penanya memepermasalahkan definisi kata “aksi” dan kerja-kerja “aksi”, ikhwa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Ternyata, definisi “aksi” masih mengalami pemaknaan yang sempit di tataran kawan-kawan mahasiswa. Aksi hanya diidentikkan dengan aksi turun ke jalan (demonstrasi.penulis).
Saat itu ana, memeberikan jawaban yang ditambahkan dan diperjelas teman-teman pemateri lainnya. Aksi adalah sebuah kata yang kaya akan makna. Aksi adalah aktifitas. Jadi, setiap tingkah laku manusia adalah aksi. Sehingga mau orang itu, shalat-mencuri, puasa-berbohong, ke masji-ke tempat hiburan malam, itu semuanya aksi. Itulah kemudian mengapa aksi itu selalu menjurus ke dua hal, apakah ke aksi yang positif atau yang ke negatif.
Aksi dalam sekop KAMMI adalah kebaikan. Bagaimana kemudian aksi itu bisa membawa sistem ke dalam ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT.
Jikalau kawan-kawan lebih mendalam KAMMI maka akan didapatkan bahwa aksi yang dipakai teman-teman KAMMI bukanlah hanya turun ke jalan. Di KAMMI dikenal dengan aksi sosialnya, aksi penyadaran intelektual dan aksi pembentukan iklim Islami serta lain-lain.
Platform muslim negarawan yang menjadi falsafah perjuangan KAMMI menuntut setiap kader untuk memaknai perannya sebagai khalifah di muka bumi ini. Kader yang menjadi rahmatan lil alamin, dengan segenap aksi-aksinya. Apakah itu dengan turun ke jalan atau lainnya. Dan dengan turun ke jalan, apa salahnya???????
Intinya, saya mengajak teman-teman, adik-adik semuanya untuk mendalami KAMMI lebih jauh lagi. Untuk itu kutunggu kalian di perekrutan kader baru KAMMI, Daurah Marhalah I KAMMI Komisariat UNM Parangtambung, hari Jum’at-Ahad tanggal 28-30 November 2008.

Peradaban agung hanya dapat diciptakan oleh orang-orang berkepribadian besar. Dan salah satu jalannya adalah menjadi MUSLIM NEGARAWAN sejati.

“Ketika Apresiasi Cinta itu Dipertanyakan”

Manifestasi cinta hakiki, salah satunya adalah adanya apresiasi cinta. Darinya, sedalam apa cinta akan terungkap, semurni apa cinta akan terpahami dan setulus apa cinta akan terinfokan. Sekuntum bunga bisa jadi apresiasi cinta, kerdipan mata sayang bisa jadi apresiasi cinta, perkataan cinta dan kasih bisa jadi apresiasi cinta, ketulusan untuk memberi dan meahami bisa jadi apresiasi cinta. Demikian juga, teguran, kritikan, kata-kata kasar atau bahkan ungkapan kemarahan bisa jadi adalah apresiasi cinta.

Tidak ada yang bisa menafikan segala kebolehjadian bentuk-bentuk apresiasi tersebut. Karena realita telah berbicara bahwa semua bentuk tersebut telah dilakonkan oleh begitu banyak pelakon cinta.

Permasalahannya adalah seberapa tau dan pahamkah kita menafsirkan apresiasi cinta itu. Dibutuhkan kemampuan membaca situasi dan karakter sang pembawa pesan cinta untuk itu. Serta kecerdasan kita untuk tidak selalu memandang bentuk apresiasi itu dari lahiriahnya saja. Intinya adalah seberapa sensitifnya sensorik kepahaman kita.

Sampai-sampai Imam Hasan Al Banna dalam Majmu’atur Rasailnya tentang Rukun Baiat menempatkan kepahaman (Al Fahm) sebagai urutan pertama. Karena darinya kita akan mampu memahami mengapa misalnya kita harus berIslam, mengapa kita harus sholat dan lain sebagainya. Kembali ke persoalan apresiasi cinta, dari kepahaman itu akan membawa kita pada satu titik temu mengapa si dia berapresiasi dalam bentuk itu. Sehingga tidak ada lagi diantara kita yang mempertanyakan ketika apresiasi cinta itu keluar.

Saya hanya ingin berkata untuk kita semua termasuk insan dhoif ini, dalam prosesi kita menafsirkan bentuk cinta tersebut, pisau kefahaman yang kita pakai adalah:
1. Paham siapa ‘saya’ dan siapa si ‘dia’.
2. Paham kondisi yang berkembang dalam lingkaran ‘saya dan dia’.
Karenanya kukatakan kepada engkau yang merasa selingkaran dengan proyek peradaban yang sementara kita bangun, bahwa, senyumanku untuk satu, kelembutan kata-kataku untuk satu, marahku untuk satu, evaluasiku untuk satu. Satu itu adalah cita-cita kita semua. Satu itu adalah apa yang kita perjuangkan sama-sama. Satu itu adalah dakwah. Jadi tendensinya adalah demi sebuah kebenaran.

Namun, kuingatkan bahwa permasalahan apresiasi cinta yang sementara kubahas sekarang dalam bingkai dakwah. Untuk kembali memantapkan amanah-amanah dakwah itu.

PESAN; selamat memahami segenap apresiasi cin ta yang pernah kuberikan pada kalian semua, saudaraku. Jazakallah jika engkau mampu memahami apresiasi itu dalam pandangan yang positif. Jika tidak...maka kutantang kalian untuk lebih memahami filosofi dan karakter pribadiku.

Simple Taujihat

amanah.... ini bukan perkara antum belum atau sudah, bukan pula perkara antum bisa atau tidak bisa, tapi ini persoalan apakah antum yakin atau tidak yakin.

Diriku.....

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Seorang alumnus salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar tepatnya di Universitas Negeri Makassar (UNM) Fakultas MIPA, Jurusan Kimia. Sekarang melanjutkan perantauan akademik di kota Gudeg Jogjakarta, menimba Ilmu di salah satu perguruan tinggi top three in Indonesia, Universitas Gadjah Mada jurusan Kimia. Seorang yang tidak terlalu menuntut dari lingkungan tapi berpikir apa yang dapat dia berikan untuk itu semua. "orang yang hidup untuk orang lain akan hidup dengan kebesarannya dan mati dalam kebesarannya juga, namun orang yang hidup untuk dirinya sendiri akan hidup dengan kapasitas yang kecil dan mati dalam keadaan kecil juga", demikian intisari ucapan seorang tokoh pergerakan Islam terbesar di dunia yang seorang "Taufiq" pegang sebagai salah satu landasan berpikir, berbuat dan bergerak untuk sebuah proyek peradaban.