ANTARA PEMBELAAN KITA TERHADAP BHP DAN SIKAP KITA TERHADAP GOLPUT

Ketika kita menelisik lebih jauh tentang mengapa kemudian UU BHP jadi disahkan, yang notabene menurut kajian publik kawan-kawan mahasiswa baik di tingkatan BEM atau organ kemahasiswaan ekstra kampus tidak berpihak kepada rakyat (kalau tenyata memang iya, UU BHP, itu tidak memihak). Maka kita akan menemukan bahwa UU tersebut disahkan oleh para birokrat legislatif, yang memang punya bagian atau kerja.

Mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh rakyat pada pemilu beberapa waktu yang lalu. Di sini, sangatlah jelas kepada teman-teman bahwa segala kebijakan yang berhubungan dengan kepentingan rakyat itu menurut konstitusi ada di tangan legislatif dan eksekutif tentunya. Maka apakah masih ada alasan yang membenarkan kita untuk tidak ikut serta dalam pemilihan politik.

Partisipasi aktif kita dalam prosesi itu, turut andil dalam mengantar orang atau partai yang se visi dengan visi kerakyatan kita. Jikalau kemudian lahir kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat, apakah tidak bisa kita katakan bahwa kita yang memilih golput, turut andil dalam mengelurkan kebijakan yang tidak memihak rakyat tersebut, artinya kita menjadi pengkhianat amanat penderitaan rakyat.

Masyarakat yang punya hak suara selayaknya memanfaatkan dengan sebaik-baiknya haknya tersebut untuk menentukan wakilnya untuk duduk di legislatif atau eksekutif, tentunya dengan pertimbangan yang matang dan cerdas. Di antara lebih dari 40 partai, masakah tidak ada satu partai saja yang sesuai dengan visi kerakyatan kita, diantara ribuan calon legislatif, tidak ada biar satu saja yang masih memiliki idealisme humanis yang mau berjuang untuk rakyat ini.

Kecuali anda memang orang yang sangat apatis terhadap nasib bangsa ini, maka anda akan tetap selalu berkata “tetap saja tidak ada yang pantas dipilih, karenanya saya memilih golput”....ufff, cemen luu kawan, jikalau masih begitu. Ketahuilah, diantara deretan nama-nama itu ada kawan aktifis kita yang mengadu keberuntungan untuk bisa mengambil bagian dalam proses perbaikan bangsa lewat politik intra parlemen.

Kawan, ketika kita berkoar-koar untuk mengadakan perubahan, maka beranilah masuk ke sistem tersebut. Salah satu wujud keberanian kita adalah berani memberikan suara kita dalam pemilu. Bukan malah sebaliknya, bersikap pengecut dengan hanya berteriak-teriak diluar bahkan menyatakan golput atau bahkan menyerukan golput.

Maknai kembali, posisi kita sebagai agent of change sekaligus director of change, kawan!!!!.

Ketika masih ada suara kekecewaan dari kalian terhadap sistem ini, dan memilih terus menjadi oposan dengan menjadi golput, maka saya lebih menyukai jika kalian lebih jantan lagi meretas jalan revolusi. Tapi kuiingatkan bahwa, dengan jalan revolusilah, kita akan membayar mahal dengan korban ynag jatuh, bukan hanya lawan tapi kawan kitapun jadi korban. Lihatlah fakta yang terjadi saat PKI, atau DI/TII ataukah peristiwa penggulingan orla dan orla (reformasi).

Jadi wasilah/jalan yang aling menjanjikan dan aman untuk mengadakan perubahan di negara ini, kawan,...adalah berperan aktif pada pemilu nantinya.

Saudaraku, penolakan kita terhadap BHP hari ini, hendaknya tidak melupakan agenda kita yang lebih besar yaitu, mengantar orang-orang baik dan shaleh menuju post penentu kebijakan publik, (jangan golput maksudnya!!). jikalau penolakan UU BHP hanya advokasi kita dibidang pendidikan, maka sikap tidak golput kita lebih memiliki maksud yang lebih besar dan mulia, karena kita akan mengantar orang-orang yang akan membahas segala hal dan tentunya orang-orang itu yang akan punya wewenang untuk menetapkan kebijakan tersebut.

Penolakan BHP kawan-kawan = bersikap tidak golput pada pemilu. Bagaimana?

HIDUP RAKYAT, HIDUP MAHASISWA, ALLAHU AKBAR.

BAGAIMANA (seharusnya) MAHASISWA MENYIKAPI FENOMENA GOLPUT

Fenomena golput dalam setiap rangkaian pelaksanaan pilkada di wilayah administratif Indonesia, menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dan tentunya mengkhawatirkan. Bahkan sampai ada yang mengatakan golput memenangi beberapa pilkada di beberapa daerah karena jumlah orang yang memilih golput ternyata mengalahkan perolehan suara pemenang tingkat pertama contohnya di pilkada Jawa Timur, jumlah golputnya sebanyak 39% lebih sedang pasangan yang mendapat suara terbanyak hanya mengumpulkan suara dibawah 30%, pilkada di kota serang, golput mendapat persentase 39% sedang pasangan peraih suara terbanyak hanya 34% dari total pebduduk, pilkada DKI dengan jumlah pemilih golput sebanyak 39,2 persen atau 2.241.003 orang dari total 5.719.285 pemilih. Fauzi Bowo-Prijanto (pemenang) yang dicalonkan oleh banyak partai politik, termasuk Partai Golkar dan PDI-P, hanya meraih 2.010.545 atau 35,1 persen suara. Dan masih banyak lagi fakta-fakta riil di lapangan tentang sikap golput ini.

Dengan persentase yang cukup tinggi itu, maka kemudian permasalah ini harus diseriusi sebagai sebuah permasalahan kebangsaan yang penting di advokasi. Mahasiswa sebagai salah satu elemen dari rakyat ini harus mengambil perannya untuk mengadakan penyadaran politik kepada elemen bangsa lainnya termasuk di kalangannya sendiri. Itulah mengapa, kami dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UNM Parangtambung menyuarakan penolakan kami kepada segenap niatan golput dan seruan golput yang dilancarkan oleh beberapa elemen bangsa termasuk suara pengajakan untuk golput yang lahir dari kawan-kawan mahasiswa sendiri.

Sebelum lebih lanjut, saya tekankan bahwa yang menjadi bahasan permasalahan kami adalah mereka yang memilih golput padahal memiliki hak suara/pilih yang telah disahkan oleh negara lewat KPU, siapapun itu dan dimanapun.

Beragam argumen telah dikeluarkan oleh para penyeru golput untuk melegitimasi atau mencari pembenaran terhadap sikap mereka. Ketahuilah bahwa itu semua adalah guyonan argumen pesimistis, apatis terhadap usaha membangun bangsa ini ke depannya. Rangkaian nalar berpikir yang tidak jauh kedepan memandang permasalahan kebangsaan.

Ketika mereka berkata bahwa golput adalah salah satu pilihan juga, maka saya beranggapan itu bukanlah pilihan. Itu bukan pilihan yang diberikan oleh rakyat ini kepada kalian. Logikanya begini; ketika dalam pemilihan itu ada 3 orang calon, maka sebenarnya itulah 3 calon yang diberi kehadapan anda untuk anda pilih, jadi selain dari pilihan 3 itu (tentunya golput) bukan termasuk pilihan.

Prosesi pemilihan umum di tingkatan apapun itu sesungguhnya adalah lahan kita untuk mengadakan perubahan terhadap nasib bangsa ini kedepannya. Momen inilah kita memilih pemimpin yang akan membawa perahu bangsa ini dalam masa kepemimpinannya. Dan dalam masa kepemimpinannya itulah akan dihasilkan banyak kebijakan untuk mensejahterakan, membela rakyatnya, yang pada masa suksesi pemilihannya menjadi pendukungnya. Dalam penggodokan produk pemerintahan itulah kita ‘mahasiswa’ bisa mengambil peran ‘politic control’ nya ketika ada kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Bukan pada saat prosesi pemilihan pemimpin itu kita bertindak bahkan tidak ikut memilih.

Kawan, sesungguhnya dalam proses pemilu itu, bukan perkara main-main, karena disanalah kita memilih pemimpin. Dalam setiap kondisi apapun kita akan membutuhkan kehadiran pemimpin, jadi jangan pernah menganggap remeh proses itu. Agama sangat memberi kita panduan bagaiman pentingnya dan urgennya posisi pemimpin itu.

Suara-suara golput yang dikeluarkan oleh elit-elit politik, saya lebih artikan sebagai sebuah upaya pendelegitimasian terhadap elit-elit lain yang telah memiliki jalan untuk meraih kedudukan. Kita bisa melihat orang-orang yang karena dengan banyak alasan terdeak dari sebuah strukturnya akan menyuarakan oposisi terhadap strukturnya kembali dan dengan pengajakan golput lah mereka bisa mengapresiasikannya. Hingga, jangan sampai ada di antara kita, ‘elit kampus’ yang termakan bahkan ikut-ikutan menyuarakan golput yang notabene hanya akan membantu elit politik sakit hati itu.

Saudaraku, hendaklah kita mengambil peran strategis kita dalam upaya perbaikan bangsa ini dengan jalan memberikan kesadaran berpolitik integratif kepada elemen rakyat, siapapun itu. Kita sebagai golongan yang diberi cap ‘intelek’, harus membuktikan keintelektualan itu dengan jalan partisipasi aktif kita dalam menghantarkan orang-orang shaleh ke puncak pengambil keputusan.

Kawan, sekecil apapun sikap pendukungan kita dalam percaturan politik ini, adalah sama besarnya dengan peradaban yang berkeadaban yang sama kita cita-citakan.

HIDUP RAKYAT, HIDUP MAHASISWA, ALLAHU AKBAR .....

CATATAN SETELAH PLENO

Kemarin (20 Desember 2008) tepatnya di sekretariat ikhwan KAMMI Komisariat UNM Parangtambung, ana memimpin rapat pleno kepengurusan. Ternyata tanpa terasa sudah lebih dari satu semester, ana mengawal kepengurusan ini. Jika kuperhatikan dan kuresapi, sepertinya belum ada karya nyata luar biasa yang mampu kutorehkan di lembar sejarah dakwah ini. Walaupun ana tidak menafikan kerja-kerja staffku di tiap departemen dan biro.

Mungkin ana memang tipe pemimpin perfectionis, yang selalu mengharapkan kerja-kerja sempurna dari tiap kegiatan. Sehingga walaupun mungkin tingkat keberhasilannya sudah 80%, ana masih mengatakan itu belum mencapai targetku.

Namun, maksud diadakannya pleno itu adalah sebagai sarana konsolidasi pemahaman dan tekad untuk berbuat lebih baik di sisa masa kepengurusan ini.

Kemarin, untuk lebih memantapkan kerja-kerja kepengurusan, ana mengambil kebijakan untuk mendemisioner beberapa orang pengurus yang terdeteksi kurang aktif selama ini. Sebenarnya keputusan untuk menon-aktifkan beberapa ikhwa itu dilandasi oleh banyak pertimabangan matang, bukan hanya dari segi keaktifan mereka tapi juga dari track record mereka di aktifitas tarbiyah mereka. Karena ana beranggapan bahwa akan selalu terjadi korelasi berbanding lurus antara keaktifan seorang ikhwah di Liqo'at tarbiyah mereka dengan keaktifan mereka di kepengurusan. Jadi untuk saudaraku yang 'kumaksud' ana kembalikan ke liqo'at mereka untuk lebih mempermantap pemahaman mereka tentang aktifitas dakwah di KAMMI.

Lewat tulisan ini, ana juga sekalian memberikan apresiasi setinggi-tingginya buat ikhwa sekalian yang telah membersamai ana selama ini di kepengurusan atas dukungan kerja nyata, semangat, saran dan kritikannya. Jazakallah khair buat saudaraku, al-akh yamin,arsyad,agus,ansar,herul,ali_saudariku,ukh vivi,farah,husni,latifah,jayanti,lhela,indah,mita,endah,dhewi,syamsi,lisma,hufra,
fitri,dhian,anci,nanik,lilis,lina (af1 kalo ada yang kelupaan). Jazakallah atas segala ketsiqohan yang antum semua berikan yang sempat ana ragukan untuk beberapa orang. Ana fikir itulah dinamika yang wajar terjadi dalam dunia pergerakan.

Ana tidak bosan-bosannya selalu memberikan semangat kepada antum. Bahwa antum adalah orang-orang yang luar biasa, yang bisa memegang amanah dakwah ini. Ini bukan perkara antum bisa atau tidak bisa, bukan juga perkara antum sudah atau belum pernah mengerjakannya, tapi ini perkara apakah antum yakin atau tidak yakin untuk memikul beban itu. Ingatlah bahwa tanpa kita, dakwah ini akan tetap jalan, tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah mau kita tidak menjadi bagian dari proses pencetakan sejarah dakwah itu.

pelajaran penting yang bisa ana ambil dari pleno kemarin sangat banyak. Diantaranya bahwa ternya kita butuh saling memahami satu sama lain karena ternyata ada beberapa petunjuk yang kuberikan dan salah eksekusi di lapangan hanya karena di antara staffku ada yang masih belum memahami keinginanku.

akhi/ukhti, ana betul-betul mencintai antum/na, hingga kemudian cinta itu sudah tidak bisa kubahasakan, karena ana yakin kalian juga tidak butuh apresiasi cinta itu kukonkritkan. Biarlah besaran cinta itu kita buktikan di akhirat kelak.

Sekali lagi kutekankan. Ana hanya mau bekerja dengan orang yang mau bekerja dengan ana dan dakwah ini, serta mau paham kepada ana dan dakwah ini. Ana tidak butuh orang pandainya hanya beretorika tanpa kerja nyata/amal di lapangan.

kita menunggu perubahan dari antum semua termasuk ana pasca pleno kemarin.

“Secarik Catatan Pelaksanaan pra-DM I KAMMI Kom.UNM PARANGTAMBUNG”

Tepatnya, hari Sabtu tanggal 22 November 2008 di gedung perkuliahan Biologi Lantai I FMIPA UNM. Ikhwa KAMMI Kom.UNM Parangtambung sukses mengadakan pra-DM I, menjelang pelaksanaan DM I tanggal 28-30 November 2008 di benteng Somba Opu. Insya Allah....
Alhamdulillah, 8 ketua Komisariat (untuk Komisariat Poltekes diwakili Sekumnya, dan UMI Oleh Kadep Kebijakan Publiknya, yang lainnya langsung dihadiri oleh Ketumnya) hadir pada Stadium Generale (SG). Acara yang sempat molor 1 jam akhirnya sukses juga. Dari kegiatan tersebut, ana tergelitik untuk mengomentari satu hal berkenaan dengan apresiasi peserta pra-DM I yang mencapai 36 orang.
Seorang penanya memepermasalahkan definisi kata “aksi” dan kerja-kerja “aksi”, ikhwa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Ternyata, definisi “aksi” masih mengalami pemaknaan yang sempit di tataran kawan-kawan mahasiswa. Aksi hanya diidentikkan dengan aksi turun ke jalan (demonstrasi.penulis).
Saat itu ana, memeberikan jawaban yang ditambahkan dan diperjelas teman-teman pemateri lainnya. Aksi adalah sebuah kata yang kaya akan makna. Aksi adalah aktifitas. Jadi, setiap tingkah laku manusia adalah aksi. Sehingga mau orang itu, shalat-mencuri, puasa-berbohong, ke masji-ke tempat hiburan malam, itu semuanya aksi. Itulah kemudian mengapa aksi itu selalu menjurus ke dua hal, apakah ke aksi yang positif atau yang ke negatif.
Aksi dalam sekop KAMMI adalah kebaikan. Bagaimana kemudian aksi itu bisa membawa sistem ke dalam ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT.
Jikalau kawan-kawan lebih mendalam KAMMI maka akan didapatkan bahwa aksi yang dipakai teman-teman KAMMI bukanlah hanya turun ke jalan. Di KAMMI dikenal dengan aksi sosialnya, aksi penyadaran intelektual dan aksi pembentukan iklim Islami serta lain-lain.
Platform muslim negarawan yang menjadi falsafah perjuangan KAMMI menuntut setiap kader untuk memaknai perannya sebagai khalifah di muka bumi ini. Kader yang menjadi rahmatan lil alamin, dengan segenap aksi-aksinya. Apakah itu dengan turun ke jalan atau lainnya. Dan dengan turun ke jalan, apa salahnya???????
Intinya, saya mengajak teman-teman, adik-adik semuanya untuk mendalami KAMMI lebih jauh lagi. Untuk itu kutunggu kalian di perekrutan kader baru KAMMI, Daurah Marhalah I KAMMI Komisariat UNM Parangtambung, hari Jum’at-Ahad tanggal 28-30 November 2008.

Peradaban agung hanya dapat diciptakan oleh orang-orang berkepribadian besar. Dan salah satu jalannya adalah menjadi MUSLIM NEGARAWAN sejati.

“Ketika Apresiasi Cinta itu Dipertanyakan”

Manifestasi cinta hakiki, salah satunya adalah adanya apresiasi cinta. Darinya, sedalam apa cinta akan terungkap, semurni apa cinta akan terpahami dan setulus apa cinta akan terinfokan. Sekuntum bunga bisa jadi apresiasi cinta, kerdipan mata sayang bisa jadi apresiasi cinta, perkataan cinta dan kasih bisa jadi apresiasi cinta, ketulusan untuk memberi dan meahami bisa jadi apresiasi cinta. Demikian juga, teguran, kritikan, kata-kata kasar atau bahkan ungkapan kemarahan bisa jadi adalah apresiasi cinta.

Tidak ada yang bisa menafikan segala kebolehjadian bentuk-bentuk apresiasi tersebut. Karena realita telah berbicara bahwa semua bentuk tersebut telah dilakonkan oleh begitu banyak pelakon cinta.

Permasalahannya adalah seberapa tau dan pahamkah kita menafsirkan apresiasi cinta itu. Dibutuhkan kemampuan membaca situasi dan karakter sang pembawa pesan cinta untuk itu. Serta kecerdasan kita untuk tidak selalu memandang bentuk apresiasi itu dari lahiriahnya saja. Intinya adalah seberapa sensitifnya sensorik kepahaman kita.

Sampai-sampai Imam Hasan Al Banna dalam Majmu’atur Rasailnya tentang Rukun Baiat menempatkan kepahaman (Al Fahm) sebagai urutan pertama. Karena darinya kita akan mampu memahami mengapa misalnya kita harus berIslam, mengapa kita harus sholat dan lain sebagainya. Kembali ke persoalan apresiasi cinta, dari kepahaman itu akan membawa kita pada satu titik temu mengapa si dia berapresiasi dalam bentuk itu. Sehingga tidak ada lagi diantara kita yang mempertanyakan ketika apresiasi cinta itu keluar.

Saya hanya ingin berkata untuk kita semua termasuk insan dhoif ini, dalam prosesi kita menafsirkan bentuk cinta tersebut, pisau kefahaman yang kita pakai adalah:
1. Paham siapa ‘saya’ dan siapa si ‘dia’.
2. Paham kondisi yang berkembang dalam lingkaran ‘saya dan dia’.
Karenanya kukatakan kepada engkau yang merasa selingkaran dengan proyek peradaban yang sementara kita bangun, bahwa, senyumanku untuk satu, kelembutan kata-kataku untuk satu, marahku untuk satu, evaluasiku untuk satu. Satu itu adalah cita-cita kita semua. Satu itu adalah apa yang kita perjuangkan sama-sama. Satu itu adalah dakwah. Jadi tendensinya adalah demi sebuah kebenaran.

Namun, kuingatkan bahwa permasalahan apresiasi cinta yang sementara kubahas sekarang dalam bingkai dakwah. Untuk kembali memantapkan amanah-amanah dakwah itu.

PESAN; selamat memahami segenap apresiasi cin ta yang pernah kuberikan pada kalian semua, saudaraku. Jazakallah jika engkau mampu memahami apresiasi itu dalam pandangan yang positif. Jika tidak...maka kutantang kalian untuk lebih memahami filosofi dan karakter pribadiku.

“ISLAM MEMANDANG DEMOKRASI”*

Muhammad Taufiq T**
Tafsiran demokrasi
Menurut mendiang presiden Amerika Serikat ‘Abraham Lincoln’, demokrasi adalah dari rakyat dan untuk rakyat. Tokoh politik lain memberi penjelasan yang lebih jelas tentang demokrasi. Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Demokrasi adalah pemerintahan dengan segenap kegiatan yang dikelolanya, dijalankan dengan menjadikan rakyat sebagai subjek atau titik tumpu. Demokrasi merupakan sistem yang bertumpu pada daulat rakyat, bukan daulat pemimpin, daulat negara (pemerintah) atau daulat raja.
Terlepas dari semua definisi demokrasi dari beberapa tokoh, menurut pandangan penulis, demokrasi tidak lain adalah sebuah nilai dari sebuah sistem. Nilai yang saya maksudkan adalah nilai kebebasan. Sebuah nilai yang merupakan konsep asasi dalam hidup manusia. Pemberian legalitas politik atau kebijakan kepada semua variabel hidup dalam sebuah sistem.
Demokrasi, yang menurut kebanyakan orang adalah produk pemikiran dari orang-orang Yunani/Barat. Sebuah produk yang kemudian terpolarisasi ke berbagai segmentasi kehidupan peradaban dunia hingga menjadi sistem pemerintahan yang dianut oleh sebagian besar negara di dunia.
Pemahaman sebagian besar orang terhadap asal mula sistem ini, sepertinya sangat berbeda dengan yang penulis pahami. Saya dengan berani mengatakan, ini adalah sistem yang berasal dari agama tauhid-Islam- yang dicontohkan oleh setiap nabi-nabinya. Pendapat saya ini berpulang kepada esensi demokrasi yaitu kebebasan.
Anda bisa melihat apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh AS saat berdakwah kepada ummatnya dan berada pada titik klimaks pembangkangan kaumnya. Nabi Nuh memberi pilihan, apakah mengikutinya naik ke perahu atau akan tenggelam dalam hamparan lautan yang sebentar lagi akan diturunkan oleh Rabb-nya. Inilah yang dimaksudkan sebagai sebuah kebebasan. Satu sistem/cara yang telah ditempuh oleh nabi pembawa ajaran Samawi ini.
Menjadi persoalan dikemudian hari ketika sistem ini tersebar ke berbagai penjuru bumi. Mengalami perubahan makna-lebih tepatnya dikatakan sebagai pembajakkan an besar-besaran dari makna sebuah kebebasan-.
Demokrasi yang seperti dapat kita lihat yang sebagian besar diterapkan di negara-negara Eropa dan Amerika adalah contoh dari pembajakan makna awal dari demokrasi. Terlepas dari semua realita tersebut, pada tulisan ini, penulis akan memaparkan sistem demokrasi yang sementara berlangsung di berbagai negara, termasuk di Indonesia serta bagaimana Islam memandang demokrasi saat ini.
Pendapat Umat Islam terhadap Demokrasi
Umat sekarang terbagi dua dalam memandang boleh tidaknya umat ini menjalankan/menerapkan demokrasi dalam pemerintahannya.
“Demokrasi haram”, “Demokrasi tidak cocok dengan Islam”, “Demokrasi produk Barat”, “Demokrasi hanya membawa umat pada kehancuran”, “Demokrasi membuat umat kehilangan kesempatannya untuk kembali mewujudkan khilafah”. Itualah sebagian alasan dan pandangan orang Islam yang tidak setuju dengan penerapan sistem ini dalam sebuah pemerintahan.
Kita tidak menafikan bahwa demokrasi yang sekarang ini dalam wajah yang sangat buruk. Demokrasi dipahami sebagai sebuah sistem yang memebrikan kebebasan mutlak terhadap rakyat untuk menentukan setiap kebijakan. Pemahaman orang tentang demokrasi selalu dikaitkan dengan fanatisme golongan, nasionalisme dalam arti yang sempit. Demokrasi ditafsirkan hanya sebagai cara untuk memenangkan nafsu-nafsu terhadap keinginan duniawi.
Bukan itu yang Islam pahami tentang demokrasi. Kita bisa menempuh jalan baik dengan meng-Islami-sasi sistem demokrasi sekarang yang sudah terlanjur salah dan memeberikan efek negatif kepada sebagian ummat.
Perbedaan dan Persamaan Sistem Demokrasi Saat Ini dengan Sistem yang Islami
Ketika demokrasi berbicara bahwa pemerintahan dari dan untuk rakyat maka Islam berbicara lebih dari itu. Rakyat adalah satu segmen yang membangun peradaban umat maka harus ada apresiasi yang proporsional baginya. Yang tidak boleh ada kemudian adalah kekuatan mutlak rakyat untuk mengatur proyek peradaban itu karena sesungguhnya kemutlakan legalitas hanya milik Allah SWT.
Begitu juga ketika demokrasi berbicara tentang konsep trias politica yang menganut pemisahan job untuk tiga institusi yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif maka Islam juga menganut paham itu. Namun semua wewenang masing-masing institusi itu menurut Islam harus sesuai dengan syariat.
Titik temu antara pelaksanaan demokrasi saat ini dengan syariat kita menurut Imam Hasan Al Banna dalam majmuatur rasail bahwa demokrasi walaupun bukan sistem Islam tapi inilah sistem politik terdekat dengan Islam.
Apa yang Diberikan Demokrasi untuk Ummat Saat Ini
Dalam alam demokrasi saat ini, begitu banyak yang diuntungkan dengan adanya demokrasi. Satu keuntungan sekaligus dengan satu kerugian yang didapatkan. Disebabkan penerapan demokrasi yang kebablasan, orang-orang jahat memiliki akses yang cukup luas untuk berkreasi sesuai dengan tabiatnya. Tapi sebaliknya begitu juga yang dirasakan oleh orang-orang shaleh.
Namun tidak bisa dinafikan bahwa dalam alam demokrasi, kebebasan dalam berpendapat dan beragama menjadi hal yang didukung keberadaannya. Iklim demokrasi memungkinkan bersemainya aktifitas dakwah dan maksiat sekaligus. Sistem demokrasi yang tidak disesuaikan dengan pedoman/dustur kemanusiaan atau keagamaan hanya akan membawa keuntungan lebih pada orang-orang jahat.
Jadi, Selayaknya Bagaimana Posisi Kita terhadap Demokrasi.
Posisi kita saat ini menuntut kita untuk memanfaatkan sistem demokrasi walaupun sebenarnya ada sistem yang lebih tasamuh dan lebih universal yang tepat bagi perpolitikan yaitu Islam. Yang menjadi target kita yang melaksanakan sistem demokrasi adalah men-Islam-isasi demokrasi. Sehingga lahirlah apa yang mungkin bisa kita sebut sebagai demokrasi Islam ataukah yang seperti yang dikatakan oleh Al-Maududi yaitu demokrasi teokrasi.
Selanjutnya yang tak boleh terlupakan yaitu berusaha memperjuangan dengan marhaliah yang tepat untuk penerapan sistem Islam dalam aktifitas politik kita. Memanfaat sitem-yang katanya dari kafir-demokrasi untuk mengantar pelaksanaan sistem yang hakiki menurut Islam.
Terakhir, saya mau mengutipkan pendapat dua orang haroker dakwah Islam ternama dunia tentang demokrasi;
1. “jika demokrasi berarti rakyat memutuskan siapa yang memimpin mereka, Ikhwan menerima demokrasi. Namun, jika demokrasi berarti rakyat dapat mengubah hukum-hukum Allah dan mengikuti kehendak mereka, Ikhwan menolak demokrasi”, Ma’mun Al Hudhaibi.
2. “pemimpin yang terpilih karena diridhoi rakyat jauh lebih dekat pada Islam daripada tiran”, Syaikh Yusuf Qardhawi.

Semoga ada tetesan pengetahuan yang dapat kita ambil dari tulisan ini. Penulis mengakui bahwa tulisan ini selain lahir dari studi literasi juga melibatkan sisi subjektifitas berpikir saya yang sulit untuk di tidak niscayakan kehadirannya.
Makassar,11 ramadhan 1429H
*tulisan ini dibuat sebagai pengganti ketidakhadiran penulis dalam Pra-DM II KAMMI Daerah SULSEL dengan alasan yang sangat syar’i.
**mahasiswa jurusan KIMIA FMIPA UNM, sekarang masih diberi izin oleh Rabb untuk memegang amanah sebagai Ketua Umum KAMMI Kom.UNM PARANGTAMBUNG.

MARAJI’
1. Al Ikhwan Al Muslimun, Anugerah Allah yang Terzalimi oleh Farid Nu’man
2. Belajar dari Dua Umar, Mengenyangkan Perut Rakyat oleh Hepi Andi Bastoni
3. KAMMI dan Pergulatan Reformasi, Kiprah Politik Aktifis Dakwah Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi oleh Mahfudz Sidiq
4. Menikmati Demokrasi, Strategi Dakwah Meraih Kemenangan oleh M. Anis Matta
5. PKS, Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer oleh Aay Muhamad Furqon
6. Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim oleh Salim A. Fillah
7. Hasil bacaan yang sudah tidak teringat apa judul bukunya disertai anugerah eksplorasi alam berpikir.

RAPAT

RAPAT
Taufiq*

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ikhwatifillah, jangan pernah menganggap enteng atau remeh aktifitas rapat-rapat kita. Karena tidak ada yang menyangka bahwa dari rapat-rapat kecil, bisa jadi akan lahir pemimpin masa depan. ‘walaupun mungkin hanya sebagai pemimpin atas 1 orang atau lebih, ataukah... hanya untuk dirinya sendiri’, namun lebih dari itu, dari rapatlah kita memetik pembelajaran yang sangat berharga.
Akhi, ukhti,.... ana dahulu, tidak pernah menyangka bahwa ternyata dari rapat-rapat kecil yang pernah ana lakoni di internal Departemen Kaderisasi yang hanya 4 orang, ternyata kurang lebih setahun dari rapat itu akhirnya muncul seorang yang akan menjadi mas’ul di wajihah KAMMI ini, walaupun kalian harus catat bukan itu tendensi ana dalam berharakah dalam medan dakwah ini.
Ana juga tidak secara ekstrim menyatakan bahwa ana seperti begini karena aktifitas rapat-rapat itu. Tapi ana tidak menyangkal bahwa sebagian proses pembentukan kepribadian ana ada dalam aktifitas rapat itu. Walaupun,... ada juga ikhwah kita yang mengaku bisa seperti sekarang berkat pengaruh rapat-rapat yang beliau lakoni, seperti akh.Anis misalnya(bukan ust.Anis Matta yang ana maksud).
Inti dari semua itu akhi, ukhti, adalah bahwa jadikanlah rapat-rapat kita sebagai rapat yang bermakna. Bukan sekedar sebuah aktifitas berkumpul untuk berbicara atau berdebat atau sharing tapi lebih daripada itu. Rapat bisa jadi ajang menciptakan suasana kekeluargaan (mungkin terlalu dewasa ya :), suasana keikhwanan, atmosfer kebersaudaraan atau persahabatan. Rapat adalah prosesi pentransferan ilmu, pengalaman, dari satu orang ke orang lain. Rapat adalah unjuk diri dalam arti yang positif.
Akhirnya, ana berucap ke kalian semua saudaraku yang kucinta karena Allah bahwa ‘nikmatilah rapat-rapat antum!’. Azzamkan dalam diri kalian bahwa rapat bisa menjadi pundi amal jariyah kalian, rapat adalah salah satu ibadah kalian karena rapat kalian adalah rapat untuk memikirkan umat, rapat yang menyokong keberlangsungan aktifitas dakwah kita. Subhanallah...
Jadi,...jangan pernah bosan untuk menunggu...membaca....dan menghadiri undangan rapatku!!!!
ALWAYS ON FIRE BIL DAKWAH IKHWATIFILLAH!
*mahasiswa jurusan kimia angkatan 2006 FMIPA UNM, masih diizinkan oleh Allah untuk berharokah dengan KAMMI tepatnya di Komisariat UNM Parangtambung.

Masa Indah (I)

Masa Indah (I)
2005…2006…2007…2008….., tanpa terasa ternyata telah ±3 tahun kutinggalkan bangku SMA_ku. Sebuah komunitas kaum terdidik dengan uniform putih abu-abu. Orang banyak yangbilang masa SMA adalah masa yang paling indah di antara masa-masa hidup seorang anak manusia. Sebuah pernyataan yang tidak salah tapi tidak terlalu benar juga.
Benarnya, mungkin…..
1. Saat SMA lah hampir setiap manusia melewati usia 17 tahunnya (lebih keren disebut “sweet seventeen”), entah darimana adat ini sehingga teman-teman dahulu memberikan perayaan yang istimewa untuk usia tersebut, apakah ini sebuah pertanda terjadinya migrasi dari sebutan remaja ke dewasa ataukah usia tersebut sebagai pertanda kematangan berpikir seorang remaja. Entahlah…(aku juga tidak sempat menelusuri literatur yang membahas tentang itu) tapi pastinya, bagi sebagian anak SMA, momen 17 adalah sebuah momen yang punya nilai lebih buat mereka.
2. Masa-masa hidup di SMA adalah masa yang penuh dengan pernak-pernik keromantisme keremajaan. Begitu banyak akhirnya orang-orang yang sudah berumur sekarang akan bercerita tentang masa-masa paling indahnya serta masa-masa paling surammya dengan seseorang. Ya…tentunya saat mereka SMA. Hingga teringat ketika itu, saya dan tinggal beberapa orang saja teman yang tidak teridentifikasi punya “teman spesial” hingga bangku SMA kami tinggalkan, walaupun tidak kunafikan bahwa perasaan untuk itu ada;) tapi Alhamdulillah, dengan kesadaran yang tinggi kutepis keinginan itu (pertama, takut berbuat dosa; kedua, takut sama orang tua, apalagi saat itu papi yang ngajar di sekolah jadi bisa berabe urusannya k-lo ketahuan, tapi intinya saat itu aku sudah sadar bahwa pacaran itu nda’ boleh sebelum nikah-sesudah nikah baru boleh’sama isteri maksudnya’).
3. “saat yang paling berkesan adalah saat dimana akan terjadi perpisahan”, hal ini biasa menjadi alasan mengapa betapa indah dan berkesannya masa SMA, berpisah dengan orang tua, kakak, adik dan semua keluarga setelah tamat SMA untuk pergi menuntut ilmu atau bekerja ke kota lain (utamanya bagi seorang yang tinggal jauh dari pusat pendidikan tinggi-dari kampung gitu looh-), berpisah dengan seperangkat peraturan baku yang wajib dipatuhi (datang 07;30 pulang 13;…, pakai seragam putih abu-abu, upacara bendera tiap hari senin, senam tiap hari sabtu, dll) ketika sudah tamat SMA.
Itulah sebagian kemungkinan dari serentetan masa, kisah indah di SMA “masa-masa paling indah, masa di sekolah, tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah”, (ayo…lagunya siapa?). Ini hanya sebuah prolog untuk menjemput calon-calon mahasiswa baru di universitasku. Sebuah misi yang ingin kusampaikan kepada kalian semua, Dindaku, bahwa ternyata masa indah di SMA tidak lebih indah dibanding masa-masa di kampus nantinya. Kemapanan berpikir, bertindak, bersuara akan engkau dapatkan di dunia sana. Sebuah komunitas yang baru, yang penuh dengan dinamika dan segala intrik-intriknya. Sebuah komunitas yang Dindaku akan lihat begitu banyak model dan gaya penghuninya, mulai yang paling sering nongkrong di warung-warung,di tempat fotokopian, di pinggir jalan sampai yang paling senang nongkrong di masjid atau di ruang dosen. Kan….kuceritakan engkau, wahai dinda di lain waktu….
BERSAMBUNG…….:)

ajakanku

Setelah merenung akan realita kampusku


AJAKANKU


Banyak hal yang tak mungkin, begitulah engkau berkata kawan……


PADAHAL

Banyak kemungkinan yang tercipta untukmu, kawan…….

Pernahkah engkau berpikir demikian, saudaraku…….


Ah…… mungkin, pikiranku tidak sama denganmu, saudaraku……

Ku ketuk hatimu tuk membuka lembar baru, berjalan bersama sekadar membuka ruang pikir.


Akhirnya, kuajak engkau BERSAMAKU !

Oleh, Muhammad taufiq t., mahasiswa kimia unm.
Lptq,17 februari 2008.

Simple Taujihat

amanah.... ini bukan perkara antum belum atau sudah, bukan pula perkara antum bisa atau tidak bisa, tapi ini persoalan apakah antum yakin atau tidak yakin.

Diriku.....

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Seorang alumnus salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar tepatnya di Universitas Negeri Makassar (UNM) Fakultas MIPA, Jurusan Kimia. Sekarang melanjutkan perantauan akademik di kota Gudeg Jogjakarta, menimba Ilmu di salah satu perguruan tinggi top three in Indonesia, Universitas Gadjah Mada jurusan Kimia. Seorang yang tidak terlalu menuntut dari lingkungan tapi berpikir apa yang dapat dia berikan untuk itu semua. "orang yang hidup untuk orang lain akan hidup dengan kebesarannya dan mati dalam kebesarannya juga, namun orang yang hidup untuk dirinya sendiri akan hidup dengan kapasitas yang kecil dan mati dalam keadaan kecil juga", demikian intisari ucapan seorang tokoh pergerakan Islam terbesar di dunia yang seorang "Taufiq" pegang sebagai salah satu landasan berpikir, berbuat dan bergerak untuk sebuah proyek peradaban.