Memang beginikah apresiasi CINTA yang sejati menurutmu?


Andai ada forum yang dapat mempertemukan kita?

Saya punya rangkaian pertanyaan buatmu, wahai sahabat..
Sahabat yang selama ini masih punya anggapan bahwa cinta itu perlu diapresiakan dengan menjalin hubungan tidak sekedar teman lewat sebuah aktivitas yang menurutmu ‘sakral’..”p4c45aN”..

Salahkah engkau dengan aktivitas itu sahabat?? Hmm..saya tak kan memberikan kata salah atau benar...sebab diumur yang sudah lebih dari cukup untuk dikatakan anak-anak lagi.. Kita sudah dewasa, sahabat. Bukan hakku walaupun mungkin sebuah kewajiban untuk membagi pemahaman sebagai bagian dari idealisme personalku padamu..

Karena engkau SAHABAT bagiku..

Saya tidak punya pengalaman karena belum pernah dan semoga memang tidak akan pernah..:)

Tapi mampuku berbicara tentang ini (insyaAllah). Membicarakan kemampuan mengelola kampus tidak menunggu pernah menjadi dosen/dekan/rektor. Membagi pengetahuan bagaimana mengurus keluarga tidak perlu punya status sebagai seorang ayah/ibu/suami/istri. Sepakat kan? PASTI

Sepanjang survei sederhana yang kulakukan di beberapa titik (yang menurut sebagian orang sebagai tempatnya apresiasi RASA itu), such as..The Real Losari (I) “pantai kebanggannya orang Sulsel, The second Losari “tepi danau UNHAS_pintu O”, dll..

||hampir tiap malam..utamanya pada malam sejuta ummat (malam mingguan), deretan sahabat ada disana, sekedar untuk duduk berdekatan di malam yang memang mungkin dingin (sekedar saling memberi kehangatan masing2, dengan bertukar panasnya hasil metabolisme tubuhmu atau ....)||

Sahabat, apa kira bedanya jika duduknya kita dalam perpustakaan kampus, sambil membaca buku atau sekedar diskusi ringan dengan duduknya kita di malam itu dengan paparan udara yang tentu sudah tidak sehat lagi ditambah nyamuk yang tentu ada dan pasti punya hasrat besar untuk minta jatah pada kulit kalian??

Jika jawabmu, “Fiq, inilah cinta”, “seharusnya memang begitu”, atau “kita butuh apresiasi”, atau malah engkau berkata “This is the endless love, Fiq”..
Akan balik kuapresiasikan ketegaran sikapmu menantang malam yang dingin, udara yang menusuk, nyamuk yang mengganas. Karena sampai sekarang aku tak mampu melakukan itu pada orang yang kuanggap sangat kucintai..

Sampai di sini, bisakah kita berfikir lebih logis lagi sahabat!

Demi orang yang kita cintai, sahabat rela membuat dia berpeluang sakit (sakitnya bisa dari level ringan sampai parah, paling ringan sih ‘masuk angin’).
Demi sang tercinta, sahabat rela membuat kulitnya bentol-bentol karena gigitan nyamuk.
Demi sang terkasih, sahabat rela membuatnya begadang menghabiskan malamnya di alam terbuka

Sahabat, ku katakan padamu. Bukan begini cara kita buat sang terkasih..buat sang tercinta.
Mereka selayaknya mendapatkan kesempatan lebih untuk berkreasi dengan kehidupannya tanpa ungkapan perhatian yang sangat berlebihan dari kita yang mungkin sangat merasa memiliki mereka namun justru menyakiti mereka. Mereka harus mendapatkan kepastian hukum yang jelas sebagai posisinya sebagai warga negara yang berHAM dengan memberikan hak dasar kenyamanannya sebagai seorang manusia.

Tulisan sederhana ini untuk semua sahabatku setelah sebelumnya untuk diriku yang tak kan ada jaminan baik seterusnya juga, untukmu yang memang merasa sahabat atau belum merasa. Kutitipkan pengharapan besar bahwa kita semua siap DEWASA dalam mengapresiasikan RASA itu secara TEPAT pada WAKTU yang tepat pula. Hingga tiba saatnya nanti...saat “aku dan kau punya sepakat, saat aku dan kau punya hati yang satu”.

~Pav.palm B2 kmr01||selasa malam,10052011~

0 komentar:

Simple Taujihat

amanah.... ini bukan perkara antum belum atau sudah, bukan pula perkara antum bisa atau tidak bisa, tapi ini persoalan apakah antum yakin atau tidak yakin.

Diriku.....

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Seorang alumnus salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar tepatnya di Universitas Negeri Makassar (UNM) Fakultas MIPA, Jurusan Kimia. Sekarang melanjutkan perantauan akademik di kota Gudeg Jogjakarta, menimba Ilmu di salah satu perguruan tinggi top three in Indonesia, Universitas Gadjah Mada jurusan Kimia. Seorang yang tidak terlalu menuntut dari lingkungan tapi berpikir apa yang dapat dia berikan untuk itu semua. "orang yang hidup untuk orang lain akan hidup dengan kebesarannya dan mati dalam kebesarannya juga, namun orang yang hidup untuk dirinya sendiri akan hidup dengan kapasitas yang kecil dan mati dalam keadaan kecil juga", demikian intisari ucapan seorang tokoh pergerakan Islam terbesar di dunia yang seorang "Taufiq" pegang sebagai salah satu landasan berpikir, berbuat dan bergerak untuk sebuah proyek peradaban.